Kamis, 12 Januari 2012

PEMBELAJARAN LEWAT TV EDUKASI

Sebagai media, televisi memiliki empat fungsi, yakni fungsi komersial, alat hiburan, penyampai informasi, dan edukasi. Sayangnya, fungsi yang terakhir, yakni edukasi, kerap terabaikan. Sebagai penyeimbang membeludaknya acara hiburan, kini televisi edukasi menjadi penting. Mengacu pada pandangan bahwa anak-anak lebih mudah meniru serta melakukan segala hal yang mereka lihat ketimbang segala hal yang mereka dengar, maka efek positif televisi bagi perkembangan intelektual anak bisa dioptimalkan. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) telah mencanangkan dimulainya siaran Televisi Edukasi (TVE) pada tahun 2003. Harapannya tentu saja televisi edukasi bisa menambah wawasan dan kepintaran.

Efek tayangan televisi pada anak-anak memang luar biasa. Contoh paling jelas adalah berjatuhannya korban-korban “Smack Down”, gara-gara memasyarakatnya aksi kekerasan via televisi. Sisis positifnya, anak-anak sekarang lebih cepat menyerap dan memahami berbagai istilah ilmiah populer dibanding masa lalu. Mereka juga, cenderung memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas. Jujur saja, dalam hal ini, televisi punya andil.

Nilai-nilai yang ditampilkan oleh tontonan mereka, seperti materialisme, kekerasan, mistik seperti pada cerita-cerita misteri akan mewarnai benak anak-anak. Oleh karena itu, kita hendaknya mengatur kegiatan menonton televisi, memilihkan program-program televisi yang cocok dengan pertumbuhan anak dan baik untuk mendapatkan manfaat dari media televisi, meminimalkan dampak negatif media itu terhadap anak mereka.

Anak-anak sedang dalam proses sosialisasi nilai-nilai dan pembelajaran untuk menjadi manusia dewasa. Karena usianya, anak-anak sangat dipengaruhi lingkungannya, termasuk apa yang mereka tonton di televisi. Para penyelenggara siaran televisi perlu menyadari apakah yang mereka sajikan memiliki dampak besar pada pembentukan watak dan nilai-nilai anak-anak.

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran adalah belum dimanfaatkannya berbagai sumber belajar secara maksimal, baik oleh guru maupun peserta didik, misalnya tayangan TVE (Televisi Edukasi). Seluruh SMP Negeri maupun Swasta telah mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa 2 buah televisi 29 inch. Tetapi jarang yang memanfaatkan televisi tersebut untuk menonton TVE, dengan alasan tidak ada petunjuk, tidak ada pemberitahuan, dan sejenisnya. Pada kenyataannya, guru jarang sekali menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan televisi sumber belajar walaupun mereka memahami bahwa walaupun strategi pembelajaran yang demikian ini sangat menunjang atau membantu tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran. Mengapa terjadi keadaan yang demikian ini? Apabila guru ditanya mengenai hal ini, maka kemungkinan akan banyak alasan pembenaran yang diajukan.

Pembelajaran dengan mempergunakan TVE penting dilakukan, karena dengan mempergunakan tayangan TVE dalam pembelajaran, maka guru dapat terbantu untuk menyampaikan hal-hal yang tidak bisa dibawa guru di kelas karena obyek pembelajaran terlalu kecil (misal: sel, atom, unsur, jaringan, dll), obyek pembelajaran terlalu besar (misal: gunung, samudra, pesawat udara, dll), kendala geografis (misal: hutan, jurang, pulau terpencil, dll), berbahaya (misal: bencana alam, ledakan nuklir, dll), informasi dan pengetahuan baru yang sebelumnya tidak pernah didapat guru semasa sekolah ataupun kuliah (misal:semangka berbentuk kubus atau balok).

Melalui tayangan siaran televisi seperti tersebut di atas, siswa pada umumnya memperoleh manfaat yaitu semakin luasnya khasanah pengetahuan atau wawasan; sedangkan peserta didik pada khususnya memperoleh tambahan pengetahuan di luar yang diperoleh dari gurunya. Mengingat besarnya potensi siaran televisi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran, maka seyogianya para guru dapat menjadikannya sebagai salah satu sumber belajar dan memanfaatkannya dalam kegiatan belajar-mengajar (KBM).

Ada 3 pola atau cara pemanfaatan program siaran TVE yang sejauh ini telah dimanfaatkan, yaitu sebagai berikut:

a. Pemanfaatan Program Siaran TVE sesuai dengan Jadwal Siaran TVE (Pemanfaatan Siaran TVE secara langsung). Dimana agar pembelajaran selaras dengan jam tayang TVE, maka guru mendownload jadwal tersebut dari situs TVE di internet, atau melalui situs pencari (misal: Google). Selain itu, guru dapat merelay siaran dari TVRI, karena TVE telah melakukan kerjasama dengan stasiun TVRI, program TVE yang ditayangkan adalah diprioritaskan pada mata pelajaran matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris untuk peserta didik SMP dan MTs.

b. Pemanfaatan Siaran TVE sebagai Penugasan. Berdasarkan jadwal tayangan siaran TVE yang ada, guru menugaskan para peserta didiknya untuk mengikuti tayangan siaran TVE tentang mata pelajaran tertentu pada waktu tertentu. Peserta didik dapat melaksanakan tugas ini di sekolah atau di rumah, baik secara perseorangan maupun dalam bentuk kelompok kecil. Untuk membantu pelaksanaan tugas ini, guru hendaknya memberikan format laporan hasil penugasan disertai penjelasan seperlunya. Guru juga menginformasikan batas waktu penyerahan hasil pelaksanaan tugas dan cara-cara penyajiannya di kelas. Pada hari dan waktu yang telah ditetapkan, guru meminta para peserta didiknya untuk manyajikan hasil tugas yang telah dikerjakan di hadapan teman sekelasnya. Peserta didik yang belum mendapat kesempatan untuk menyajikan hasil tugasnya, berperan untuk mengkaji dan memberikan pendapat, tanggapan atau komentar. Melalui aktivitas pembelajaran yang demikian ini, peserta didik dilatih menyusun bahan presentasi, memberikan pendapat, tanggapan atau komentar, dan sekaligus juga berlatih berdiskusi, dan membuat rangkuman/kesimpulan. Pada akhir kegiatan, guru dapat memberikan arahan atau hal-hal yang dinilai penting untuk pengembangan kemampuan peserta didik.

c. Pemanfaatan Program Siaran TVE sebagai Pengisi Jam Pelajaran Kosong. Apabila guru berhalangan hadir karena sesuatu hal, maka guru piket atau guru serumpun dapat mengisi jam pelajaran kosong yang ada dengan menayangkan siaran TVE. Intinya adalah bahwa peserta didik tetap dapat belajar sekalipun guru mata pelajaran tertentu berhalangan hadir misalnya. Kegiatan pembelajaran tetap dapat berjalan sebagaimana biasanya. Guru piket atau guru serumpun tinggal menyelenggarakan kegiatan pembelajaran mengikuti RPP yang telah disiapkan sebelumnya. Apabila ada hal-hal yang berkembang selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru pengganti (guru piket atau guru serumpun) dapat mencatatnya dan menyampaikannya kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk dilakukan tindak lanjut.

Mengacu pada pandangan bahwa anak-anak lebih mudah meniru serta melakukan segala hal yang mereka lihat ketimbang segala hal yang mereka dengar, maka efek positif televisi bagi perkembangan intelektual anak bisa dioptimalkan.

Pembelajaran dengan mempergunakan TVE penting dilakukan, karena dengan mempergunakan tayangan TVE dalam pembelajaran, maka guru dapat terbantu untuk menyampaikan hal-hal yang tidak bisa dibawa guru di kelas karena obyek pembelajaran terlalu kecil, obyek pembelajaran terlalu besar , kendala geografis, berbahaya, informasi dan pengetahuan baru yang sebelumnya tidak pernah didapat guru semasa sekolah ataupun kuliah.

Melalui tayangan siaran televisi seperti tersebut di atas, siswa pada umumnya memperoleh manfaat yaitu semakin luasnya khasanah pengetahuan atau wawasan; pada khususnya memperoleh tambahan pengetahuan di luar yang diperoleh dari gurunya. Mengingat besarnya potensi siaran televisi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran, maka seyogianya para guru dapat menjadikannya sebagai salah satu sumber belajar dan memanfaatkannya dalam kegiatan belajar-mengajar (KBM). (Sumber: Tabloid Pendidikan Pena Sidoarjo, April 2009).

Media Audio Visual Dalam Pembelajaran PAI

Media Audio Visual adalah media yang memiliki kemampuan untuk dapat dilihat sekaligus dapat didengar, misalnya : film bersuara, video, televisi, sound slide.
Pembelajaran dengan media audio visual juga memiliki beberapa kelemahan yang sama dengan media pembelajaran visual dan audio. Kelemahannya adalah terlalu menekankan pada pentingnya materi ketimbang proses pengembangannya dan tetap memandang media audio visual sebagai alat bantu guru dalam mengajar.
Dalam proses pembelajaran yang terpenting adalah bagaimana informasi yang disajikan tersebut bisa difahami, dihayati dan kemudian dapat dipedomani siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian bahwa perhatian pada manusianya, yaitu siswa sebagai peserta didik adalah hal yang lebih penting. Karena penggunaan media dalam pembelajaran adalah harus memperlakukan siswa yang lebih aktif dalam belajar sehingga proses belajar tersebut akan berarti bagi siswa dan akan menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab dalam belajar. Sehingga ia akan selalu berusaha untuk belajar terus melalui rangsangan dari media yang digunakan dalam pembelajaran.
Banyak jenis media audio visual yang telah beredar dan dikenal oleh masyarakat umum. Namun masih belum dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan pembelajaran. Padahal potensi yang dimiliki media audio visual adalah sangat luar biasa, karena ia dapat mendorong untuk lebih menghayati dari apa yang ia lihat dan dapat menggerakkan orang dari apa yang ia dengar. Karena kombinasi ketiga potensi tersebut yaitu suara, gambar dan gerakan adalah menyatu dalam media audio visual.
Penekanan utama dalam pembelajaran dengan audio visual adalah pada nilai belajar yang diperoleh melalui pengalaman konkret, tidak hanya didasarkan atas kata-kata belaka. Peralatan audio visual tidak harus digolongkan sebagai pengalaman belajar yang diperoleh dari penginderaan pandang dan dengar, tetapi sebagai alat teknologis yang bisa memperkaya serta memberikan pengalaman konkret pada siswa.

Televisi, film atau VCD dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas atau juga dimanfaatkan oleh siswa dalam pembelajaran secara mandiri. Pembelajaran yang bertujuan untuk pendidikan karakter, penanaman nilai-nilai dan yang sejenisnya adalah sangat bermakna jika menggunakan media audio visual ini.

Salah satu contoh televisi yang digunakan sebagai media pendidikan di Indonesia adalah Televisi Pendidikan Indonesia, yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 Januari 1993. TPI ini ini atas kerjasama TVRI, Depdikbud dan swasta (PT Televisi Pendidikan Indonesia). Namun keberadaan TPI sekarang tidak seperti keberadaan pada awalnya yang ± 32% untuk siaran pendidikan.
Gambar 13:
CD Video Pembelajaran

Berdasarkan perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat, banyak pembelajaran yang sudah memanfaatkan media audio visual, selain televisi adalah VCD, film yang digunakan dalam pembelajaran. PAI sebagai mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afeksi nampaknya akan cocok jika pola intrenalisasi nilai-nilai pembelajarannya disampaikan melalui tayangan film.
Sehingga diharapkan siswa lebih menghayati dari apa yang disampaikan dan apa yang ia lihat dalam film tersebut.

Senin, 09 Januari 2012

Pengertian Media Gambar

Menurut Oemar Hamalik (1986:43) berpendapat bahwa “ Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 329) “ Gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya.”

Menurut Arief Sadiman, Dkk (2003: 28-29): Media grafis visual sebagimana halnya media yang lain. Media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampian pesan dapat berhasil dan efisien.

Selain fungsi umum tersebut, secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin cepat akan dilupakan atau diabaikan tidak digambarkan. Gambar termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi biayanya.

Pengertian Media Gambar

Menurut Oemar Hamalik (1986:43) berpendapat bahwa “ Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 329) “ Gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya.”

Menurut Arief Sadiman, Dkk (2003: 28-29): Media grafis visual sebagimana halnya media yang lain. Media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampian pesan dapat berhasil dan efisien.

Selain fungsi umum tersebut, secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin cepat akan dilupakan atau diabaikan tidak digambarkan. Gambar termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi biayanya.

Selasa, 03 Januari 2012

SIARAN PENDIDIKAN : Jangan Lupakan Program Kejujuran

Pendidikan atau Pengajaran

Secara konseptual kita dapat membedakan pendidikan dengan pengajaran. Yang tersebut pertama lebih luas artinya dibandingkan dengan yang disebut kemudian. Pengajaran selalu dilaksanakan dengan sengaja, tujuannya terinci, dan jelas dan biasanya diketahui terlebih dahulu oleh si belajar, serta pelaksanaannya terkendalikan. Pendidikan dapat berlangsung secara tidak disadari, dengan tujuan umum yang luas dank arena itu kabur, dan prosesnya dapat berlangsung tanpa kendali. Siaran pendidikan dalam terminology RRI-TVRI meliputi siaran agama, wanita, pedesaan, kesehatan, hukum dll.

Terbuka Atau Terikat

Strategi penggunaan media komunikasi massa untuk pendidikan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu terbuka, terarah, terpimpin, dan terikat. Strategi siaran terbuka adalah yang tidak berurutan penyajiannya, bersifat mana suka untuk mengikutinya, dan merupakan tambahan atau variasi dalam system pendidikan yang ada. Kuliah Universitas Terbuka melalui televisi sekali dalam dua minggu merupakan contoh strategi terbuka ini.

Sterategi terikat adalah yang penyajiannya berurutan dengan jadwal yang ketat, bersifat wajib untuk mengikutinya dank arena itu ada sanksi tertentu bila tidak mengikutinya, serta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dari system pendidikan yang ada.

Sedangkan strategi terarah dan terpimpin ada di antara kedua strategi terbuka dan terikat. Strategi terarah jadwalnya lebih sering dibandingkan dengan strategi terbuka, serta disajikan secara berkesinambungan.

Dalam strategi terpimpin, kendali untuk menggunakan siaran lebih ketat dari strategi terarah, karena disyaratkan adanya kelompok pemirsa yang aktiv mengikutinya serta selalu dilakukan kegiatan lanjutan sesudah penyajian program siaran.

Sponsor dan Iklan

Kebanyakan program televise pendidikan keberlangsungannya di dukung oleh sponsor. Pengakuan atas sponsor tersebut hanya dirunjukkan dalam credit title. Kalau iklan itu disajikan sebelum sesuatu acara siaran pendidikan, jadi tidak di sisipkan di tengah acara, mungkin masih dapat di terima. Itu pun masih harus dibatasi iklan apa yang boleh masuk. Tentunya hanya iklan yang sesuai dengan misi “mencerdaskan kehidupan bangsa” saja yang dibenarkan.

Oleh : Masri’ah (09410085/ PAI)

Dalam buku “Menyemai Benih Teknologi Pendidikan”

Pelangi Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan adalah teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber untuk belajar. Dari pengertian itu, dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan mengandung empat komponen utama yaitu:

Ø Teori dan praktik

Ø Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian.

Ø Proses dan sumber

Ø Untuk keperluan belajar

Dengan demikian, teknologi pendidikan yang bersinergi dengan berbagai bidang, akan tampak dalam tulisatulisan yang terangkum “Pelangi Teknologi Pendidikan”. Tulisan-tulisan tersebut juga dapat dipandang sebagai praktek teknologi pendidikan di berbagai bidang yang terkait dengan masalah belajar.

Pengembangan model pembelajaran sentral untuk anak usia dini dicoba, dikaji dan dikembangkan melalui tulisan “Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi melalui penerapan model pembelajaran sentra”. Intervensi perlakuan terhadap anak usia dini dipandang penting, sebagai upaya untuk memberikan bekal dasar bagi kepentingan kehidupan anak di masa mendatang dan mempersiapkan anak memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pada usia nol sampai dengan delapan tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis untuk mengembangkan kecerdasan anak, yang menurut Gardner ternyata bukanlah merupakan kecerdasan tunggal, namun multi kecerdasan (multiple intelligences).

Belajar dengan cara menyenangkan bagi siswa, kurang mendapat perhatian para pendidik. Sebagian besar guru mengajar dengan cara ceramah menjejali anak dengan materi pelajaran untuk mengejar target kurikulum. Kesempatan bermain juga semakin kurang, sehingga berbagai kemampuan dasar anak untuk menghadapi kehidupan masa kini dan mendatang, tidak berkembang.

Oleh : masri’ah

Kutipan dalam buku “Mozaik Teknologi Pendidikan” hal 301-304

KARAKTERISTIK MEDIA SLIDE

Program slide merupakan media yang memiliki beberapa kesamaan dengan media transparansi. Untuk menggunakan program slide diperlukan adanya sebuah proyektor yang berfungsi memproyeksikan gambar ke layar. Oleh karena itu mampu memproyeksikan program lebih besar ke dalam layar. Oleh karena itu media ini sangat tepat jika di gunakan untuk keperluan penyajian informasi atau presentasi pada pemirsa dalam kelompok yang tidak terlalu besar. Namun demikian media ini dapat juga digunakan untuk keperluan belajar secara individual. Untuk menggunakan media slide ini tidak diperlukan ruangan yang gelap total.

Penggunaan media slide dalam mengkomunikasikan pengetahuan dapat memberikan keuntungan bagi pemakainya, yaitu:

a. Dapat menyenagkan informasi secara lebih realistic. Gambar yang di tampilkan akan terlihat mendekati objek yang sebenarnya.

b. Dapat mengkomunikasikan informasi secara sistematik dan fleksibel.

c. Dapat digunakan dan disimpan untuk berbagai keperluan presentasi.

d. Dapat digunakan untuk keperluan belajar baik secara individual maupun kelompok.

Selain memiliki kelebihan, media slide juga memiliki keterbatasan, yaitu:

a. Media slide akan merepotkan pemakainya jika tidak dipersiapkan sebelumnya.

b. Media slide memerlukan tempat dan perawatan tempat dan perawatan khusus agar tidak mudah rusak.

Sumber buku “Media Teknologi”

Internet sebagai Media Pembelajaran


Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan beribu bahkan berjuta jaringan computer (local/wide areal network) dan computer pribadi (stand alone), yang memungkinkan setiap computer yang terhubung kepadanya bias melakukan komunikasi satu sama lain(Brace, 1997). Jaringan ini bukan merupakan suatu organisasi atau instansi, karena tak satu pihak pun yang mengatur dan memilikinya.

Awalnya internet lahir untuk suatu keperluan militer Amerika Serikat. Pada awal tahun 1969 Avanced Research Project Agency (ARPA) dari departemen Pertahanan Amerika Serikat, membuat suatu eksperimen jaringan yang diberi nama ARPAnet untuk mendukung keperluan penelitian (riset) kalangan militer. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya jaringan ini dipergunakan untuk keperluanriset perguruan tinggi, yang dimulai dengan University of California, Stanford Research Institute dan University of Utah (Cronin, 1996).

Fasilitas aplikasi internet cukup banyak sehingga mampu memberikan dukungan bagi keperluan militer, kalangan akademisi, kalangan media masa, maupun kalangan bisnis. Sebagai media massa yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet diharapkan mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaan. (Boettcher, 1999)

Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari tiga mode dasar dialog/komunikasi sebagai berikut (Boettcher, 1999):

Ø Dialog/komunikasi antara guru dengan siswa

Ø Dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar

Ø Dialog/komunikasi diantara siswa

Apabila ketiga aspek tersebut bias diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal. Para pakar pendidikan menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh keseimbangan antara ketiga aspek tersebut (Pelikan, 1992). Kemudian dinyatakan pula bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga dialog/komunikasi tersebut sangat penting pada lingkungan pembelajaran berbasis Web (Boettcher, 1999).

Internet mempunyai peluang yang besar karena karakteristiknya yang khas maka di suatu saat nanti internet bias menjadi media pembelajaran yang paling terkemuka dan paling dipergunakan secara luas. Pendayagunaan internet bias dilakukan dalam tiga bentuk (Haughey, 1998), yaitu:

1. Web Course, ialah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bahan belajar, disklusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujiansepenuhnya disampaikan melalui internet.

2. Web Centric Course, ialah sebagai bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan dan latihan disampaikan di internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka.

3. Web Enhanced Course, yaitu pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menjunjung peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas.

Oleh: Masri’ah

Dikutip dalam buku “ Mozaik Teknologi Pendidikan” dengan judul “Eukasi Net Pembelajaran Berbasis Internet: Tantangan dan Peluangnya”

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls